16 September 2008

Cantik itu Relatif

Cantik itu relatif! Jelek itu mutlak! Begitulah perkataan populer yang sering kita dengar atau ucapkan bila membicarakan tentang cantik tidaknya seorang wanita.

Perkataan tersebut menurut hemat saya terbagi dua macam (sedikit ngarang sih). Yang pertama yaitu cantik yang relatif-subyektif. Dan yang kedua yaitu cantik yang relatif-obyektif. Apa bedanya?

Bila anda mengatakan, “Pacar saya cantik!” Saya belum tentu setuju dengan pernyataan anda. Atau bahkan tidak setuju sama sekali. Mungkin bagi saya pacar anda itu biasa saja, alias tidak cantik. Itulah contoh dari perkataan cantik yang relatif-subyektif. Dikatakan relatif karena tergantung dari sudut mana anda memandang. Dan dikatakan subyektif karena ada pengaruh emosi pribadi yang belum tentu sama dirasakan oleh orang lain.

Nah, sekarang coba perhatikan gambar* berikut ini!

Bila saya mengatakan, “Zaskia cantik!”, “Nessa Sadin cantik!”, “Asmirandah cantik!” Walaupun mulanya bersifat subyektif, tetapi saya yakin (kebanyakan dari) Anda akan setuju dengan pernyataan saya barusan. Walaupun mungkin ada juga yang mengatakan bahwa dia itu biasa saja. Itulah contoh perkataan “cantik yang relatif-obyektif.” Dikatakan relatif karena tergantung dari segi apa kita menilai cantik tidaknya mereka itu. Dan dikatakan obyektif karena kenyataannya memang mereka cantik, di mana tak hanya penilaian emosi pribadi saya saja yang mengatakan itu, tetapi kebanyakan orang lainpun menyetujuinya secara jujur tanpa paksaan.

Memang sih bila dipikir-pikir sulit juga membedakan antara cantik yang relatif-subyektif dan cantik yang relatif-obyektif. Karena keduanya memang relatif.

Serupa dengan pembahasan relatif tidaknya kecantikan seorang wanita tadi, dalam matematika pun ada yang mengatakan bahwa permasalahan-permasalahan (soal-soal) matematika itu mempunyai kecantikan tersendiri. Dan kecantikannya itu pun relatif.

Contohnya begini. Dulu, ada seorang teman saya yang pandai matematika, yang bila diminta membuat soal untuk persiapan ujian siswa SMA, dia selalu membuat soal setipe soal berikut ini.

Soal: Bila \alpha dan \beta adalah akar-akar dari persamaan x^2 - 6x  + 25 = 0 maka nilai dari \sqrt{\alpha} + \sqrt{\beta} =....

Saya yang memperhatikan soal-soal buatannya jadi hafal betul dengan tipe soal tersebut. Karena itu saya jadi ingin tahu alasan temen saya itu, kenapa dia selalu membuat soal tipe itu? Ketika pertanyaan tersebut saya ajukan, teman saya cuma mengatakan bawa soal tersebut “cantik!”

“Cantik apanya?” tanya saya penasaran.

“Cantik cara penyelesaiannya,” begitu jawabnya.

“Masa sih?” tanya saya lagi.

“Coba saja kamu selesaikan!” pinta dia.

Saya, yang sebelumnya belum pernah menyeleseaikan soal tersebut, dengan segera mencobanya. Ternyata memang bila kita belum tahu trik menjawab soal tersebut, maka akan kerepotan menjawabnya.

Nah kata teman saya, cara atau trik untuk menjawab soal itulah yang membuatnya “cantik”. Makanya dia begitu terpesona akan kecantikan soal tersebut dan selalu berusaha menyajikan buat murid-muridnya.

Apakah menurut saya soal tersebut cantik? Hmmmh.. menurut saya sih biasa saja! Dan jujur saya bisa katakan, bagi siswa SMA (yang tidak gemar matematika) soal tersebut bisa dikatakan sulit. Mungkin karena sulitnya itulah teman saya mengatakan bahwa soal tersebut cantik. Ya, ibarat cowok yang kesusahan menaklukkan cewek cantik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar