03 Januari 2009

NUKLIR...


Sebuah senjata nuklir memanfaatkan energi yang dilepaskan dalam suatu proses fisi atau fusi nuklir. Di dalam proses fisi, satu inti atom membelah menjadi dua inti atom yang massanya lebih ringan dan menghasilkan energi. Senjata yang diciptakan dari reaksi fisi ini biasanya disebut bom atom.

Kebalikan dari reaksi fisi adalah reaksi fusi nuklir. Reaksi inilah yang terjadi di matahari dan menyebabkan matahari tetap bersinar hingga saat ini. Dalam reaksi fusi, dua inti atom bergabung menjadi satu inti atom yang lebih berat. Energi yang dihasilkan berasal dari perbedaan energi ikat partikel-partikel penyusun inti. Bom yang diciptakan dari reaksi fusi nuklir sering disebut bom hidrogen. Bom jenis ini memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi dibandingkan bom atom dan mampu menciptkan ledakan ratusan ribu kali lebih kuat dari bom atom.

Dua bom atom yang pernah benar-benar digunakan dalam perang adalah Little Boy dan Fat Man. Kedua bom atom ini dijatuhkan dari Bomber B-29 di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Perang Dunia II. Kedua bom atom awal ini memiliki ukuran yang besar sehingga satu B-29 hanya mampu mengangkut satu bom atom. Selain itu, bom atom ini juga membutuhkan personel yang terlatih untuk dapat mengaktifkannya. Oleh karena itu, riset militer pasca-perang lebih mengarah pada penciptaan bom nuklir yang lebih sederhana dan efisien dalam ukuran serta kapasitas ledak.

Pada tahun 1960-an sebuah roket baru yaitu Misil Balistik Antarbenua (Intercontinental Ballistic Missilles, ICBMs) berhasil dikembangkan. Seiring dengan miniaturisasi bom nuklir, ICBMs menjadi misil yang ampuh sebagai senjata pengancam pada era Perang Dingin. Sebuah bom nuklir dapat disimpan dalam hulu roket dan ditembakkan dari jarak jauh.

ICBMs membutuhkan waktu puluhan menit untuk mencapai target sejak diluncurkannya. Waktu ini dianggap cukup lama sehingga pihak musuh dapat merespons serangan tersebut. Oleh karena itu, pihak militer pun mengembangkan Kapal Selam Peluncur Misil Balistik (Submarine-Lauched Ballistic Missilles, SLBMs). Meskipun SLBMs memiliki jarak jangkau lebih pendek dari ICBMs, SLBMs dapat ditempatkan di dekat target dan melakukan serangan cepat sehingga menimbulkan kerusakan yang lebih hebat.


Sejak pembuatan dan pengembangannya, tercatat kurang lebih 2.000 uji coba nuklir telah dilakukan oleh beberapa negara. Amerika Serikat adalah negara dengan jumlah uji coba nuklir terbanyak, yaitu 1.054 kali. Adapun Uni Soviet (kini Rusia) adalah negara yang pernah melakukan uji coba nuklir dengan kekuatan ledak terbesar. Pada Oktober 1961, Uni Soviet meledakkan bom hidrogen ‘Tsar Bomba’ yang kekuatannya setara dengan 50 megaton TNT. Efek ledakan ini menciptakan kebakaran tingkat 3 dalam radius 100 km dari pusat ledak.

Bom hidrogen yang pernah diledakkan oleh Amerika Serikat pun tidak kalah hebatnya. Pada tahun 1952, sebuah prototipe bom hidrogen setinggi 20 m dengan massa 64 ton, meskipun hanya menciptakan ledakan dengan kekuatan seperlima kekuatan ‘Tsar Bomba’, mampu menciptakan cerukan di dasar laut selebar 1,94 km dan sedalam 50 m.

Selain itu, sebuah uji coba nuklir yang dilakukan Amerika Serikat pernah berakibat fatal. Pada tanggal 28 Februari 1954, Amerika Serikat meledakkan bom hidrogen Castle Bravo di pulau Marshall. Di luar kendali, bom itu meledak dengan kekuatan yang lebih besar dari yang telah diperhitungkan. Dengan tambahan kondisi cuaca yang buruk, awan radioaktif dari ledakan tersebut menyebar seluas 18.000 km2 dan mencemari pulau Marshall serta sebuah kapal nelayan Jepang yang tengah mengangkut berton-ton ikan. Penduduk pulau Marshall kemudian dievakuasi dan pulau tersebut tidak dapat dihuni lagi hingga sekarang. Tahun-tahun setelah itu, penduduk pulau Marshall banyak yang terjangkiti kanker dan para wanitanya melahirkan bayi cacat. Sementara itu, para nelayan Jepang yang terkena radiasi kembali ke pangkalan dengan luka bakar dan mual-mual akibat radiasi. Berton-ton ikan yang mereka bawa sempat masuk ke pasaran. Setelah diketahui bahwa ikan-ikan itu terkontaminasi, penduduk Jepang menolak untuk memakan ikan selama beberapa minggu.

Dari kejadian-kejadian akibat uji coba nuklir tersebut, efeknya tidak dapat dibandingkan dengan efek yang terjadi pada peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Antara 100.000 hingga 200.000 orang tewas seketika dan puluhan ribu lainnya tewas akibat leukemia, kanker, muntah-muntah, dan diare yang diakbatkan oleh radiasi bahan radioaktif. Radiasi ini juga dapat menyebabkan katarak, kebotakan, dan kemandulan.

Dalam satu ledakan bom nuklir, jumlah energi yang besar terlepas dalam beberapa bentuk, yaitu 40 - 60 persen menjadi ledakan, 30 - 50 persen menjadi radiasi panas, 50 persen menjadi radiasi ionisasi, dan 5 - 10 persen menjadi debu radioaktif sisa.

Energi awal sebuah ledakan nuklir dilepaskan dalam bentuk radiasi sinar gamma dan partikel neutron. Radiasi ini diserap material di sekeliling bom hingga memanaskan material-material tersebut dan membakarnya untuk membentuk bola api rakasasa dalam waktu sepersejuta detik.

Oleh karena suhu yang sangat tinggi (hingga 300 juta derajat Celsius), semua material di dalam bola api akan berubah wujud menjadi gas dan menciptakan suatu perbedaan tekanan yang tinggi yang pada akhirnya membentuk gelombang kejut. Gelombang kejut ini dapat menjalar hingga belasan kilometer dan menghancurkan apapun yang dilewatinya.

Selain dari jalaran gelombang kejut, ledakan nuklir juga menjalarkan panas yang dapat membakar apapun yang dapat terbakar saat dilewatinya. Di Hiroshima jalaran panas ini berlangsung selama 20 menit dan menghancurkan gedung serta rumah-rumah yang dilewatinya.

Radiasi sinar gamma yang dihasilkan dari sebuah ledakan nuklir dapat menumbuk partikel atmosfer sehingga menciptakan elektron berenergi tinggi. Elektron ini dapat tertangkap oleh medan magnetik bumi dan menciptakan pulsa elekrtomagnetik. Pulsa ini dapat menimbulkan tegangan tinggi pada kabel-kabel listrik dan menghancurkan peralatan elektronik. Selain itu, udara yang terionisasi dapat menggangu lalu-lintas gelombang radio. Efek ini bisa terjadi dalam skala luas, yaitu hingga skala benua.

A. Negara-negara yang mengakui memiliki senjata nuklir

Negara
Hulu ledak aktif/total*
Tahun pertama uji coba

1. Amerika Serikat
5.735/9.960, 1945 ("Trinity")

2. Rusia (bekas Uni Soviet)
5.830/16.000, 1949 ("RDS-1")

3. Britania Raya
<200, 1952 ("Hurricane")

4. Perancis
350, 1960 ("Gerboise Bleue")

5. Tiongkok
130, 1964 ("596")

6. India
40-50, 1974 ("Smiling Buddha")

7. Pakistan
30-52, 1998 ("Chagai-I")

8.Korea Utara
1-10
2006

B. Negara-negara yang dipercayai memiliki senjata nuklir
Negara
Hulu ledak aktif/total*
Tahun pertama uji coba

Israel
75-200
tidak ada atau 1979 (baca Insiden Vela)
==

Pakistan bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan senjata nuklirnya dimulai pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara nuklir setelah pembangunan reaktor nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan peralatan dan bahan yang disediakan oleh negara-negara barat pada awal 1970-an. Setelah uji coba senjata nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai program pengembangan senjata nuklirnya dan secara rahasia membangun fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad. Beberapa sumber mengatakan Pakistan telah memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir 1980-an. Hal tersebut masih bersifat spekulatif sampai pada 1998 ketika Pakistan melakukan uji coba pertamanya di Chagai Hills, beberapa hari setelah India melakukan uji cobanya.

Israel bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, atau mengembangkan program senjata nuklir. Walaupun Israel mengklaim Pusat Riset Nuklir Negev dekat Dimona adalah sebuah "reaktor penelitian", tetapi tidak ada hasil pekerjaan ilmuwan yang bekerja disana yang dipublikasikan. Informasi mengenai program di Dimona dibeberkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada 1986. Analisis gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil bergerak, dan situs peluncuran pada foto satelit. Badan Tenaga Atom Internasional mempercayai Israel memiliki senjata nuklir. Israel mungkin telah melakukan sebuah uji coba senjata nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, tetapi hal ini belum dikonfirmasikan (lihat: insiden Vela). Menurut Natural Resources Defense Council dan Federasi Ilmuwan Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata.[16]
==

C. Negara-negara yang dicurigai memiliki program nuklir rahasia

- Iran menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan mengemukakan ketertarikannya dalam teknologi nuklir termasuk pengayaan nuklir untuk tujuan damai (sebuah hak yang dijamin dalam perjanjian), tetapi CIA (badan rahasia AS) dan beberapa negara barat mencurigai bahwa hal tersebut sebenarnya untuk menutupi program untuk pengembangan senjata nuklir dan mengklaim bahwa Iran memiliki sedikit kebutuhan untuk mengembangkan tenaga nuklir, dan secara konsisten memilih opsi nuklir yang dapat menjadi multi penggunaan dibandingkan dengan memilih teknologi nuklir yang hanya bisa digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik.[17] Mantan Menteri Luar Negeri Iran Kamal Kharrazi secara tegas menyatakan ambisi negaranya dalam teknologi nuklir: "Iran akan mengembangkan kemampuan tenaga nuklir dan hal ini harus diakui oleh perjanjian."[18] Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) kemudian melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB pada 4 Februari 2006 sebagai respon dari kekhawatiran negara-negara barat akan program nuklir Iran. Pada 11 April 2006, presiden Iran mengumumkan bahwa Iran telah berhasil melakukan pengayaan uranium untuk dapat digunakan dalam reaktor untuk pertama kalinya. Pada 22 April 2006, delegasi Iran untuk badan pengawasan nuklir PBB bahwa Iran telah mencapai persetujuan awal dengan Kremlin untuk membentuk sebuah kerjasama dalam pengayaan uranium bersama di wilayah Rusia.[19]

- Arab Saudi - Pada 2003, anggota pemerintahan Saudi Arabia menyatakan bahwa dikarenakan hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat, Saudi Arabia dipaksa untuk mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir, tetapi sejak itu mereka kerap menyangkal telah memulai pengembangannya.[20] Kabar burung beredar bahwa Pakistan telah mengirim sejumlah senjata nuklir ke Arab Saudi, tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasikan.[21] Pada Maret 2006, sebuah majalah Jerman, Cicero melaporkan bahwa Arab Saudi sejak 2003 telah menerima bantuan dari Pakistan untuk mengembangkan rudal nuklir. Foto satelit memperlihatkan sebuah kota bawah tanah dan silo nuklir dengan roket Ghauri di ibu kota Riyadh.[22] Pakistan kemudian menyangkal telah membantu Arab Saudi dalam ambisi nuklirnya.[23]

D. Negara-negara yang pernah memiliki senjata nuklir

- Afrika Selatan – Afrika Selatan membuat 6 senjata nuklir pada 1980-an, tetapi kemudian melucutinya pada awal 1990-an sehingga menjadi satu-satunya negara yang diketahui tidak melanjutkan program senjata nuklirnya setelah mengembangkannya sendiri. Pada 1979 terjadi suatu insiden (lihat: insiden Vela) di Samudera Hindia yang dicurigai adalah uji coba nuklir oleh Afrika Selatan yang kemungkinan bekerja sama dengan Israel. Hal ini tidak pernah dikonfirmasikan. Afrika Selatan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1991.[24]

- Bekas negara Uni Soviet
* Belarusia – Belarus memiliki 81 hulu ledak yang berada di wilayahnya setelah Uni Soviet runtuh pada 1991. Kesemuanya itu kemudian dipindahkan ke Rusia pada 1996. Belarusia menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.[25]
* Kazakhstan – Kazakhstan mewarisi 1.400 senjata nuklir dari Uni Soviet, dan memindahkan kesemuanya itu ke Rusia pada 1995. Kazakhstan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.[26]
* Ukraina - Ukraina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Ukraina mewarisi 5.000 senjata nuklir ketika merdeka dari Uni Soviet pada 1991, menjadikannya sebagai negara pemilik senjata nuklir terbanyak ketiga di dunia.[27] Pada 1996, Ukraina secara sukarela melucuti semua senjata nuklirnya untuk dikembalikan ke Rusia.[28]
Negara-negara yang pernah memiliki program nuklir

E. Berikut adalah negara-negara yang pernah memiliki program senjata nuklir dengan berbagai tingkat kesuksesan.

Negara-negara tersebut sekarang ini tidak lagi mengembangkan atau memiliki program nuklir. Semua negara yang ada di bawah ini telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

* Argentina
* Australia – Setelah Perang Dunia II, kebijakan pertahanan Australia membentuk kerjasama pengembangan senjata nuklir dengan Britania Raya. Australia menyediakan uranium, wilayah untuk uji coba senjata dan roket, serta ilmuwan. Canberra juga secara aktif terlibat dalam program peluru kendali Blue Streak. Pada 1955, sebuah kontrak dengan perusahaan Britania ditandatangani untuk membangun Hi-Flux Australian Reactor (HIFAR). HIFAR dianggap sebagai langkah pertama dari rencana untuk membangun reaktor yang lebih besar yang berkemampuan untuk memproduksi plutonium yang lebih banyak bagi kebutuhan senjata nuklir. Ambisi nuklir Australia akhirnya ditinggalkan pada 1960-an. Australia kemudian menandatangani NPT pada 1970 dan meratifikasinya pada 1973.[31]
* Brasil
* Mesir – Mesir pernah memiliki program senjata nuklir antara 1954 dan 1967. Mesir menandatangani NPT.[34]
* Jerman
* Irak – Irak telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Mereka memiliki sebuah program riset senjata nuklir pada 1970-an sampai 1980-an. Pada 1981, Israel menghancurkan reaktor nuklir Irak Osiraq. Tahun 1996, Hans Blix melaporkan bahwa Irak telah melucuti atau menghancurkan semua kemampuan nuklir mereka. Tahun 2003, sebuah koalisi multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat menginvasi Irak berdasarkan laporan intelijen yang melaporkan bahwa Irak memiliki senjata yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Karena Irak menolak untuk bekerja sama dengan inspeksi PBB, Irak dicurigai oleh banyak anggota Dewan Keamanan PBB memiliki program nuklir. Akan tetapi, tahun 2004, Laporan Duelfer menyimpulkan bahwa program nuklir Irak telah ditutup pada 1991.[35]
* Kerajaan Jepang
* Libya – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pada 19 Desember 2003, setelah invasi ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pencegahan pengiriman suku cadang yang dirancang Pakistan yang dikirim dari Malaysia (bagian dari jaringan proliferasi A. Q. Khan, Libya mengakui memiliki sebuah program senjata nuklir dan secara sekaligus juga mengumumkan maksud mereka untuk mengakhirinya serta melucuti semua senjata pemusnah massal untuk diverifikasi oleh tim inspeksi tanpa syarat.[38]
* Polandia
* Rumania
* Korea Selatan
* Swedia
* Swiss
* Taiwan
* Yugoslavia
*Serbia dan Montenegro (ex Yugoslavia) kemudian mewarisi dari Yugoslavia, laboratorium Vinča dan 50 kilogram uranium yang sudah dikayakan yang disimpan di fasilitas tersebut. Selama pengeboman NATO atas Yugoslavia tahun 1999, Vinča tidak pernah menjadi sasaran karena NATO mengetahui tentang uranium yang tersimpan disitu. Setelah pengeboman NATO berakhir, pemerintah Amerika Serikat dan Nuclear Threat Initiative memindahkan uranium tersebut ke Rusia - tempat dimana Yugoslavia pertama kali memperolehnya.

F. Negara-negara berkemampuan nuklir lainnya

Secara teori, negara industri manapun sekarang ini memiliki kemampuan teknis untuk mengembangkan senjata nuklir dalam beberapa tahun jika memang negara tersebut bermaksud demikian. Negara yang telah memiliki teknologi nuklir serta industri persenjataan yang cukup, malah dapat melakukannya dalam satu atau dua tahun atau bahkan dalam hitungan bulan jika mereka bermaksud demikian. Negara-negara industri besar seperti Jepang, Jerman, Italia, Australia dan Kanada contohnya, dapat membangun persenjataan untuk menyaingi negara-negara yang telah memiliki senjata nuklir dalam beberapa tahun. Daftar di bawah ini adalah negara-negara yang telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan persenjataan nuklir. Daftar berikut hanya berisi negara-negara yang telah memiliki kemampuan nuklir bukan negara-negara yang secara politik bermaksud mengembangkannya. Semua negara dalam daftar di bawah ini telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

* Kanada - Kanada memiliki pengetahuan untuk pengembangan teknologi nuklir, cadangan uranium dalam jumlah besar dan memasarkan reaktor untuk keperluan sipil. Kanada memiliki plutonium dalam jumlah besar yang dihasilkan reaktor-reaktor pembangkit tenaga listrik. Kanada dapat mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat.

* Jerman - memiliki industri nuklir yang mampu memproduksi reaktor, fasilitas pengayaaan uranium, fasilitas produksi bahan bakar nuklir dan fasilitas pemrosesan ulang bahan bakar nuklir serta mengoperasikan 19 reaktor untuk sepertiga kebutuhan listrik negara itu. Jerman sejak 1998 telah mengadopsi kebijakan untuk menghapus semua persenjataan nuklir, walaupun kebijakan tersebut berjalan lambat. Pada 26 Januari 2006, bekas menteri pertahanan, Rupert Scholz, mengatakan bahwa Jerman mungkin membutuhkan persenjataan nuklirnya sendiri untuk menghadapi ancaman teroris.

......KITA KAPAN??.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar